JIWA YANG RESAH
“ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN HATI MEREKA
MENJADI TENTRAM DANGAN MENGINGAT
ALLAN,INGATLAH DENGAN HANYA MENGINGAT ALLAHLAH
HATI TERASA TENTRAM,”
(QS,Ar-Ra’d 13: 28)
Ujian dan cobaan seberat apapun bukanlah wujud dari kebencian allah,justru meberi peluang bagi seseorang hamba untuk semakin intropeksi diri. Barang kali selama disingahsana kasuksesan
Kita bisa lupa daratan.
Boleh jadi keberhasilan kita telah melukai hati manusia lain, sehingah allah pun takrelah melihat hambah yang dicintainya itu hanyut oleh kepanaan dunia. Dan tibalah coban menghadang sebagai batu peringatan.
Bagi hambah yang tanguh, kualitas iman merupakan modal utama dalam menempuh onak duri kehidupan.karena imanlah kita tidak merasah resah kehilangan segalahnya. Kehadiran iman sudah cukup bagi kita sebagai pelipur lara.Bukankah badai pasti berlalu sebagai mana kegelapan malam akan sirna oleh mentari pagi, selama hambah tersebut gigih berusaha dan berdo’a,!
Ujian hidup hanya menempa kematangan dalam menata dunia
Yang sesunguh_nya, barang kali dalam kacamata sebelumnya kita hanya melihat dunia dari satu dimensi,setelah dirundung masalah terbukahlah mata batin kita bahwa banyak sudut yang belum diamati dan dipelajari.
Terkadang jiwa yang resa membawa kita pada jalan yang tak bertepi dan di selimui kabut kegelapan. Pelita hatinya menjadi padam
Oleh kebimbangan yang tak berujungdan tak bertepi.mak jangan diharap jiwa yang resah akan menunjuki pada jalan yang terang.
Jiwa yang resah hanya bisa diobati oleh ayat-ayat suci Al-Qur-an dan jiwa yang mutmaina mempunyai mentalitas prima dalam menempuh jalan berduri. Baginya tak ada kusut yang tak terurai.dan tak ada delimah yang tak bisa terpecahkan.
Karena sebenarnyapangkal dari kusut itu bermulah dari semberautnya hati membaca persoalan.
Contoh :”dalam kesederanaan rumah tangahnya nabi muhamad masih sempat mengeluarkan ucapan”baiti jannati” padahal setiap bangun tidur di pungungnya berbekas filur-filur pelepah korma.ketika makanan tiada
Beliau sekeluarga sangat bahagia karna bisa berpuasa
Baju yang robek dijahit sendiri saat ditawari kemega-
han dunia rosul menolaknya dan selalu merasa cukup
dengan pemberian allah.
Sedangkan raja-rajadi sekitarnya berpoya-
Poya hidup bergelimangan kemewahan yang menyila-
ukan sayang mulut mereka tertawa namun hatinya
menangis bibir mereka tersenyum dan hati di jiwanya
menjerit.ternyata di gubuk ada tawa dan canda,
diistana juga ada air mata.
Cuma memiliki ketenangan jiwa takbisa di peroleh begitu saja, ia jelas membutuhkan proses. Proses yang membimbing menusia pada suatu kekuatan yang serbah maha kedekatan tersebut akan meningkatkan mutu kepercayaan diri,juga membuka peluang bagi datangnya bantuan ilahi.
Disinilah terletak nilai plus dari ajaran islam. Jauh sebelum menempuh dunia nyata, semenjak usia dini penganutnya disirami dengan nilai-nilai ketuhanan.proses ini berlangsung terusmenerus hinga akhir hayat.kesadaran tentang kehadiran tuhan menimbulkan keyakinan pada setip diri bahwa hidup bukan lah rutinitas semu belaka.namun ia mengandung nilai ibadah disetiap detak jantung dan denyut nadi manusia
.
Oleh sebab itu berhasil atau pun gagal, berjaya maupun tenglam,sudah menjadi hal yang lumrah untuk di hadapi.kit mampuh mengendalikan stabilitas jiwa ketika mendapat keberhasilan dengan bersyukur. Berbuat baik dan siap dengan segalah kemungkinan terburuk, kita menjadi terhormat dipilih tuhan untuk menempuh ujian hidup.serumit apapun cobaan ia bisa memposisikan diri kita secara arif bijaksana, bahkan sangup menikmati penderitaan, jiwa kita tenang tampa beban mental sebab pada hakikatnya kekecewaan akan terasa berat ketika didahului oleh harapan yang berlebihan.
Mustahil allah melimpahkan semuah kesuksesan pada satu pribadi saja. Dan melupakan hak hambahnya yang lain, atas nama keadilan tuhanlah kesuksesan dan kegagalan menjadi sunahtullah, yang tak terpisahkan dari takdir setiap insane.
Diantara cara mengasah ketenangan jiwa adalah meningkatkan kekuatan iman dengan beribadah. Bukan ibadah dalan arti kegiatan rutin yang berlangsung tampa penghayatan.namun ibadah yang bisa fositipnya di refleksikan melalui sikap hidup dan amalan nyata.karena ibadah yang paripurna, sehingah seseorang hambah bisa tersenyum ikhlas saat duka datang menyapa.kita bisa bahagia ketika beban hidup tidak mengurangi prasangkah baik kita akan kelapangan reziki dari allah,dan tetap ceria walaupun prasangkah baik serta usaha maksimal kita itu belum membuahkan hasil yang memuaskan.
INDRALAYA ………… 2009
Maulana malik ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar