Senin, 19 April 2010

pemikiran soekarno

Soekarno dan Gelora Anti Imperialisme/Neo-Kolonialisme Rakyat Indonesia.
Oleh: Rudi Hartono



Kalau kata-kata tidak bisa lagi menyehatkan pikiran yang keblinger, mungkin senjata bisa melakukannya-(soekarno)

Mungkin itu adalah ungkapan kemarahan Bung Karno terhadap kelompok reaksioner yang selalu menghambat proses penuntasan revolusi Indonesia, yang menurutnya Revolusi kita belum selesai. Siapa yang tidak mengenal keberanian dan radikalisme salah satu pemimpin dunia yang paling disegani pada saat itu, berkali-kali pidatonya baik di panggung politik nasional maupun internasional (seperti Sidang Umum PBB) selalu dengan garang mengecam Imperialisme dan Neokolonialisme. Karena keteguhan dan keberaniannya itulah, pemimpin-pemimpin dari Asia-Afrika sangat kagum dengan Soekarno bahkan beberapa tahun setelah kejatuhannya mahasiswa-mahasiswa dari Afrika masih membawa buku-buku dan Biografi Soekarno dalam Pertemuan mahasiswa anti imperialis Internasional (Catatan Perjalanan sebulan GiE di AS). Namun, dibalik kharismanya yang gilang gemilang tersebut, beberapa tokoh intelektual kanan Belanda justru berpendapat negatif terhadap Soekarno sebagai seorang “Quisling” yang menjual bangsanya kepada Jepang. Tetapi tuduhan ini kehilangan pengaruh, ketika sampai sekarang orang semakin mengeluh-eluhkan sosok Soekarno, Pemimpin yang teguh melawan penjajahan asing.

Pemikiran Soekarno dan Revolusi Nasional

Pemikiran Radikal-progressif Soekarno sudah terbentuk sejak usianya masih sangat muda, salah satu tulisannya yang bisa menjadi acuan adalah “Nasionalisme, Islam dan Marxisme”. Dalam Tulisan yang dimuat secara berseri di Jurnal Indonesia Muda tahun 1926 itu, Soekarno dengan terang-terangan mengatakan bahwa maksud kedatangan kolonialis datang ke Indonesia adalah untuk memenuhi hasratnya mengakumulasi modal dan keuntungan (ekonomis). Dengan kepentingan Akumulasi Modal itulah, Soekarno membedah hubungan Imperialisme dan Kapitalisme Itu sendiri, kapitalisme mendorong terjadinya apa yang ia sebut sebagai exploitation de l’homme par l’homme atau eksploitasi manusia oleh manusia lain. Keberpihakan pada teori perjuangan klas sangat kental dalam pemikiran Soekarno, Dalam sejumlah pidatonya ia menjelaskan tentang keberadaan tiga unsur sosial mendasar yang ada di kalangan massa yang dimiskinkan tersebut. Yakni proletariat, petani dan orang-orang yang dimiskinkan lainnya (pedagang asongan, dan mereka yang sedang mencari penghidupan). Pada tahun 1920-an, ia juga merumuskan konsep Marhaen (secara harfiah adalah nama seorang petani miskin yang pernah ia ajak bicara). Awal mulanya, Marhaen mengacu pada lapisan penduduk yang memiliki beberapa perkakas produksi sendiri (misalnya, seekor kerbau) dan bekerja untuk diri mereka sendiri tetapi masih tetap miskin, sebagaimana juga yang dialami buruh pabrik atau buruh perkebunan. Soekarno mengidentifisir realitas keberadaan negeri yang dipenuhi lautan semi-proletariat dan borjuis kecil yang miskin (Max Lane, Bangsa Yang belum Selesai; Aksi, Kejatuhan Soeharto dan Sejarah Indonesia, 2007).

Pemikiran politik Soekarno kemudian di Praksiskan dengan mendirikan Partai progressif Partai Nasionalis Indonesia (PNI) tanggal 4 Juli 1927, Tujuannya jelas untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1928 ia menulis artikel berjudul Jerit Kegemparan di mana ia menunjukkan bahwa sekarang ini pemerintah kolonial mulai waswas dengan semakin kuatnya pergerakan nasional yang mengancam kekuasaannya. Ketika pada tanggal 29 Desember 1929 Soekarno ditangkap dan pada tanggal 29 Agustus 1930 disidangkan oleh pemerintah kolonial, Soekarno justru memanfaatkan kesempatan di persidangan itu. Dalam pledoinya yang terkenal berjudul Indonesia Menggugat dengan tegas ia menyatakan perlawanannya terhadap kolonialisme. Dan tak lama setelah dibebaskan dari penjara pada tanggal 31 Desember 1931 ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yakni partai berhaluan Radikal non-koperatif dengan kolonialis belanda yang dibentuk pada tahun 1931 untuk menggantikan PNI yang telah dibubarkan oleh pemerintah kolonial.

Meskipun mengakui dekat dan mengagumi Marxisme, Namun Soekarno mencoba membuat pemilahan dengan teori-teori umum Marxisme. Selain istilah Marhaen yang memiliki perbedaan dengan proletariat menurut Marx, ia lebih condong memodifikasi Marxisme untuk kebutuhan perjuangan pembebasan nasional melawan kolonialisme dengan menyerukan persatuan nasional dari unsur-unsur tertindas dari massa rakyat. Sebagaimana dikatakan oleh Ruth McVey, bagi Soekarno rakyat merupakan “padanan mesianik dari proletariat dalam pemikiran Marx,” dalam arti bahwa mereka ini merupakan “kelompok yang sekarang ini lemah dan terampas hak-haknya, tetapi yang nantinya, ketika digerakkan dalam gelora revolusi, akan mampu mengubah dunia.”

Soekarno dan ”Revolusi Indonesia Belum Selesai”

“Kaki kami telah berada di jalan menuju demokrasi,” lanjut Presiden Soekarno dalam pidatonya di depan Kongres AS itu. “Tetapi kami tidak ingin menipu diri sendiri dengan mengatakan bahwa kami telah menempuh seluruh jalan menuju demokrasi,” sambungnya. Ia sangat sadar bahwa meskipun indonesia selama bertahun-tahun sudah merdeka, tetapi kepentingan dan Neo-Kolonialisme dan imperialisme masih terus bercokol di Indonesia. Bagi Soekarno ancaman bagi revolus Indonesia sebenarnya tidak hanya datang dari luar tetapi muncul dari dalam negeri sendiri, dalam Pidatonya di HUT PKI, Ia mengatakan bahwa ”Salah satu tingkat dari Revolusi Indonesia adalah mengganyang musuh-musuh Revolusi”. Soekarno sangat menyadari kekuatan-kekuatan kontra yang mencoba menjatuhkan dan menghambat revolusinya. Upayanya memperkuat perjuangan anti-Imperialisme- anti-Kolonialisme dengan ide ”Nasionalisme-Agama-dan Komunisme” justru menjadi alat bersembunyi bagi kekuatan kanan dengan berpura-pura mendukung Nasakom dan masuk dalam front Nasional.

Kudeta Militer, 1965 adalah kontra-revolusi untuk memutus dan menghentikan proses revolusi yang di gagas Soekarno. Segera setelah Orde Baru berkuasa upaya membunuh karakter dan pribadi Soekarno berlangsung secara sistematis. Mulai tuduhan ber istri banyak dan punya daya tarik seksual mirip dengan raja-raja Jawa, hingga tuduhan bangsa Soekano adalah dalang G.30.S/PKI (Antonie Dake, dalam bukunya dengan judul; Sukarno File). Namun upaya sistematis ini tidak mampu membunuh kharismatiknya, karena (1) tiap tanggal 17 Agustus Rakyat Indonesia memperingati proklamasi kemerdekaan dimana Soekarno adalah tokoh kuncinya. (2). Propoganda Hitam terhadap bung Karno lebih banyak pada kehidupan pribadi, tetapi jarang pada tantangan gagasan-gagasannya. Bahkan rakyat masih menganggap belum ada presiden Indonesia sesudahnya yang menyamai kemampuan dan gagasan Soekarno. Soekarno adalah orang yang bersih soal kredibilitas politik, tidak ada satupun kasus korupsi yang dilakukannya bahkan ia meninggal dalam kondisi sangat miskin. (3). Sepak terjangnya, Pandangan Politiknya, hingga Pidato-pidatonya masih terus menggema di bangsa Asia –Afrika termasuk di Indonesia sendiri. Sehingga semakin banyak rindu dengan figurnya, terbukti dengan kemenangan Megawati di pemilu 1999 (salah satu faktornya—orang rindu Figur Soekarno).

“Go To Hell With Your Aid” mungkin harus menjadi pidato Soekarno yang diulang-ulang di telinga pemimpin dan elit politik saat ini, setidaknya untuk mengasah nyalinya agar sedikit lebih berani. Kehancuran Industri Nasional, dan dominasi kuat modal asing di semua sector kehidupan ekonomi betul-betul telah menempatkan bangsa Indonesia tidak ubahnya “Bangsa kuli”. Mentalitas korup dan keinginan memperkaya diri sendiri ditengah kemelaratan dan kemiskinan missal yang melanda lebih dari separuh penduduk negeri ini, sudah menjadi budaya pejabat di negeri ini. Sangat kontras dengan kehidupan pribadi Soekarno, yang sangat merakyat sehingga di juluki “Penyambung Lidah Rakyat”. Saatnya Soekarno baru hidup kembali!***

Sabtu, 03 April 2010

menghilangkan stres

. KONSEP ISLAM MENGHINDARI STRES

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka jadi tentram dengan mengingat allah SWT.Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tentram (QS Ar’ad: 28)

Hidup yang tentram,damai dan sejahtera serta mandapat berkah dari Allah SWT adalah dambaan setiap muslim. Hanya saja untuk meraih hidup yang tenang dan penuh berkah itu tidak semudah membalikan telapak tangan.Beragam problem hidup membuat orang menjadi resa dan gelisah,resa dan gelisah menjadikan hati seseorang tidak tenang, yang kadang-kadang menjelmah menjadi putus asa dan stress, depresi, atau mengalami goncangan jiwa.

Menurut ajaran islam, untuk mewujutkan ketenangan dan ketentraman jiwa, ada beberapa hal yang harus di perhatikan.

1.) Mulailah keseharian kita dengan mengingat dan menyebut nama Allah SWT. Begitu bangun tidur kita ucapkan alhamdulillah. Berkat nikmat dan rahmatnya kita dibangunkanya dari tidur. Diberikannya kesempatan untuk sholat malam(tahajud), dan sholat subuh.Ketika mau berngkat kerja niatkanlah karna Allah, sehingga apapun tugas kita akan bernilai ibadah disisinya.

2.) Kapanpun dan dimanapun kita bertugas selalu ingat dengan kewajiban sebagai seorang muslimyakni sholat lima waktu. Tidak ada alasan apapun bagi seorang muslim utuk tidak menunaikan sholat karna sholat adalah tiang agma.tidak bisa berdiri, boleh sholat denga duduk.tak mampu duduk boleh dengan berbaring. Jika tak kuwasa lagi mengerakan tubuh kita,maka boleh dengan isyarat.

3.) Selalu bersikap optimis dan tidak mudah putus asa karena islam melarang umatnya berputus asa. Setiap muslimharus meyakini benar bahwa mahluk yang ada dimuka bumi ini ditangung oleh Allah SWT rezekinya.

Agar bisa melaksanakan konsep-konsep islam tersebut kita harus mampu meyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dengan kebutuhan rohani.dalam memenuhi kebutuha jasmani Allah SWT mengingatkan kita, jangan melupakan kebahagian didunia kita boleh bekerja keras agar mampu memenui kebutuhan hidup keluarga kita. Bahkan kalau bisa ada kelebihan sehingah kita mampu pula berzakat atau bersedekah kepadah kepada saudara-saudara kita yang tidak mampu.

Namun kita jagan pula melupakan aherat. Kebutuhan rohani harus pula dicukupi dengan selalu taat menjalankan perinta Allah SWT. Orang-orang yang mengalami goncanga jiwa depresi atau strs karna rohani nya kosong,rohanimya tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa mental sefiritual

Mengisi rohani dengan kegiatan spiritual tidak hanya beribadah kepada Allah SWT.tetapi juga lewat kegiatan amal saleh lainnya.jika kita diberi Allah SWT kelebihan rezeki maka kita sisikan sebagian untuk berinpak fisabilillah. Seperti membantu parkir miskin, membantu membangun runah peribadatan madrasah, dan lain sebagai nya. Dengan menerapkan pola hidup seimbang itu,insaallah hidup kita akan diberkahi oleh_nya. Yakni hidup tentram (sakinah), hati yang tenang dan penuh optimis serta terhindar dari depresi,stres dan keputusan asa

Mengapai hidup yang hakiki

MENGGAPAI HIDUP YANG HAKIKI

“Dunia itu bagaikan seorang pengembara yang berteduh sebentar dibawah sebatang pohon kemudian beristirahat lalu pergi meninggalkannya”


Parumpamaan sebagai tampat teduh yang sementara menyiratkan gambaran bahwa dunia bukanlah kehidupan yang kekal atau hakiki. Ada kehidupan yang lebih abadi ketimbang sekadar tempat berteduh atau beristirahat semata, yaitu kehidupan aherat. Oleh karenanya, agar tidak terpedaya dan terpesona oleh hingar bingarnya kehidupan dunia yang sementara maka manusia mesti berpikir jauh kedepan untuk menggapai kehidupan yan lebih abadih. Menikmati kebahagian tidak ada larangan, namun jangan sampai mereka meninabobokan manusia hinga terpedaya dan lupa pada sebuah kehidupan yang hakiki, yang nantinya akan dialami setelah kematian.

Dalam islam, sala satu srategi yang bisa meyadarkan umatnya agar tidak berlebihan dalam memandang dunia adalah sikap zuhud(sederhana). Zuhud yang di maksutkan bukan lah sebuah refleksi sikap yang anti dunia atau bahkan menjauh dari dunia itu sendiri sehingga orang mau mencapai derat zuhud, terkesan sebagai orang yang hidup miskin. Menolak memiliki harta serta tidak menyukai kenikmatan duniawi sebagai mana pemahaman sebagian orang yang salah kaprah.

Memang secara etimolagi, zuhud adalah menjauhkan diri dari sesuatu karna menganggap hina dan tidak bernilai. Namun bukan berarti lantas sama sekali meninggalkan urusan duniawi, menerima kondisi diri nya apa adanya, membiarkan dirinya hidup dalam kemelaratan tampa berusaha untuk memperoleh rezeki yang halal. Dengan alasan ingin lebih dekat kepada Allah.

Rasanya pemahaman seperti ini terlalu sempit. Zuhud bukan sikap malas, bukan pula identik dengan kemiskinan, keterblakangan dan yang berujung pada suatu keyakianan bahwa dunia adalah musuh manusia, menghalangi manusia dari tuhannya hingga harus di tingalkan demi mencapai kepuasan batin serta bisa mendekatkan diri pada_nya, melaikan zuhud bagi para sufi-adalah meningalkan sesuatu yang lebih dari kebutuhanhidup walaupun sudah jelas kehalalannya. Dengan kata lain, zuhud adalah sikap orang yang mendapatkan kenikmatan dunia tetapi tidak memalingkan dirinya dari obadah kepada allah. Ia tidak diperbudak dunia dengan segalah kenikmatannya, dan mampu menahan diri untuk tetap berada dijalan yang di rirdhai allah




Rasulullah saw dalam hadisnya,

”Berlaku zuhudlah kamu terhadap kenikmatan dunia niscaya kamu akan di cintai allah, dan berlaku zuhudlah kamu di tengah manusia niscaya kamu akan dicinta oleh mereka”
Hal ini diperkuat oleh pendapat Imam Ghazali di dalam ihya ulumuddin bahwa hakekat zuhud bukanlah meningalkan harta benda dan mengorbankannya pada jalur sosial untuk menarik perhatian manusia. Namun orang yang zuhud adalah orang yang mempunyai harta benda akan tetapi dia menyikapinya dengan lapang dadah walaupun mampuh untuk menikmati hartanyaitu tampa suatu kekurangan apapun, melainkan lebih memeli bersikap waspada, hatinya tidak terlalu terikat denga harta, karena hawatir sikap keterikatannya itu akan membawahnya cinta kepada selain allah swt.

Bersikap wajar pada dunia

Memang tak bisa disangkal bahwa dunia dengan segala kenikmatannya yang ada di dalamnya cukup mengoda. Kenikmatan dan kesenangan ini sering kali menjebak banyak orang hingah melahirkan pola pikir materialistis dan hedohis, yakni mengagungkan kenikmatan dunia adalah segalanya. Alam yang mempesona, kekayaan yang melimpah, serta kesenangan dan kenikmatan yang ada mesti direguk dan dihabiskan.

Tak salah jika al-ghazali mensinyalir bahwa mereka telah terbelenguh oleh berbagai kecendrungan materialisme serta nihilisme modern, dimana tujuan terakhir bagi kehidupan manusia adalah hedon(kesenangan). Pandangan manisia tentang hedonisme inilah yang pada gilirannya melahirkan manusia-manusia yang jauh dari nilai dan moral agama.

Persepsi terhadap keduniawian seperti ini, perlu di luruskan. Menurut Abu Ridha dalam bukunya berhenti sejenak recik-recik spiritualisme islam, jika orang tidak dapat menilai secara benar, meka dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan diri., sehingah menguatkan hasrat-hasrat duniawi dan dan menenggelamkan aspek-aspek ruhani.

Nah ketika asrat duniawi tersebut mendominasi kesadaran dan menenggelamkan aspek spiritualitas, maka seseorang akan terdorong menjadi serakah, tidak mau bertrimah kasih, sombong, tidak sabar, dan sangat mencintai nafsu duniawi yang materialisme dan individualisme.

Fi’aun dab Karun, misalnya, keduanya tidak menyadari kalau kekayaan dan kekuasaan yang diperolehnya berkat anuhgra allah, tetapi justru dengan sombongnya menyatakan bahwa semua yang dimiliki berasal dari usaha kerasnya sendiri.

Bahkan demi kecintaannya terhadap kekayaannya mereka mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan dan nasib karun akhirnya terkubur oleh hartanya sendiri.
Lantas bagai mana mesti menyikapi agar tidak terjebak kedalam kecintaan yang berlebihan pada dunia..banyak ayat alQuran dan hadis nabi yang mengigatkan bahayanya dunia dalam kehidupan manusia jika tidak disikapi dengan sebuah pandanganbahwa dunia seisinya ini adalah sekadar sarana belaka untuk mencari bekal kehidupan abadi kelak di akherat.
”addunya mazra’atul akhirah” (dunia adalah ladangnya akherat)demikian pepata arab tertutur.
Kehati-hatian terhadap dunia tidak berarti mengabaikan sama sekali urusan(tanggung jawab) dunia. Bahkan konsep zuhud dengan pengertian harus terputus dari segalah hal keduniawian semata, jelas bertentangan dengan konsep al-Qur’an itu sendiri walaupun ada beberapa ayat lain yang menjelaskan bahaya dunia takkala tidak disikapi dengan perasaan sekedar sebagai ajang mediator untuk mencari bekal pada kehidupan abadi di akherat nanti.
Sebab Rosul bersadah....
”zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkan apa-apa yang halal dan menghilangkan harta, tetapi zuhud adalah menjadikan apa-apa yang ada disisi allah lebih kamu pegang daripada apa-apa yang ada di tangannya dan menjadikan pahala musibah yang menimpah mu lebih kamu sukai didalamnya jika musibah itu tetap bagimi”(HR.Tarmizi)

Dalam konstek ini, agama justru memotipasi umatnya untuk mencari rezeki yang hal sebanyak-banyaknya. Dengan harta yang banyak menjadi media penting untuk beramal,mengukuhkan solidaritas sosial, bersedekah dan sebagainya, yang muaranya bisa saling mendekatkan kepada allah.

Karena itu al-ghazali mengingatkan bahwa kesempurnaan batiniah seseorang muslim tidak mungkin dapat dicapai tampa melalui kesempurnaan lahiriah. Lanjutnya konsep esoterik (batinia)dan aspek aksoterik(lahiriah) mesti berjalan secarah beriringan. Secara gamblang allah swt juga berfirman,
”dan carilah pada apa yang telah di anugrahkanAllah kepadamu(kebahagiaan) negri akherat,dan jangan lah kamu melupakan bagiaanmu dari (kenikmatan)duniawi dan berbuat baiklah(kepada orang lain) sebagai mana allah telah berbuat baik kepadamu ,dan jangan lah kamu berbuat kerusakandi(muka) bumi, sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang berbuat kerusakan”(QS al-Qashash,29:77)

Ayat diatas mengisyaratkan pentingnya mencari kebahagiaan duniawi pula, asalkan tidak berlebihan menilainya. Artinya, bersikap wajar dan selalu sadar bahwa kenikmatan itu tidak datang begitu saja tampa intervensi allah, yang kemudian memanfaatkannya untuk kepentingan akherat.
Sebaiknya jangan sampai kecintaan terhadap dunia mengalahkan seegalahnya sampai membutakan kecintaan terhadap allah sang pemberi kenikmatan itu.



Membentengi kepribadiaan yang tak terkendali

Kesederhanan(zuhud) merupakan benteng utama yang dapat membendung arus kepribadian yang tidak terkendali dan individualisme yang berlebihan, kepribadiaan seperti itu tidak hanya dapat menggangu keseimbangan dirinya, tetapi jga masyarakat dan lingkungan.
At-Thusi makalah yang berjudul Akhlaq hashiri, menilai bahwa kesederhanaan merupakan satu titik pertengahan antara dua kondisi psikis yang exstrim yaitu ketamakan dan kekikiran.

Sikap zuhud dapat membendung serbuan gelombang hasrat-hasrat duniawi itu akan epektip bagi kehidupan apabilah ia telah menjadi sikap masyarakat, bukan sikap perorangan semata, sebab jika di tempatkan dalam konstek masyarakat akan menimbulkan rasa ikhlas, pengorbanan, serta solidaritas sosialyang tinggi pada diri setiap orang.
Sebagai mana disebutkan dalam al-Qashash 80 Allah swt, menisbatkan zuhud itu pada ulama’ yaitu suatu penghormatan bagi sipat ini” dan berkatalah orang-orang yang di anugrahkan ilmu:”kecelakaan yang bersalah bagimu, pahal Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.”

Sikap zuhud inilah yang juga diperlihatkan Nabi Sulaieman dan ustman bin affan betapapun banyaknya kekayaan yang dimiliki, idak menyebabkan mereka ngandrung kepadanya hinggah melalaikan diri dalam mengabdikan kepada tuhannya sebaik-baiknya mereka tetap menggabdika kepada tuhannya sama sekali tidak berpengaruh oleh kekayaan yang melimpah. Yang dimilikinya tidak menyebabkan lupa pada tujuaan kebradaan dan misi utamanya. Mereka tidak tengelam dan terbius oleh fatamorgana dunia dan tidak terpesonah oleh berbagai atribut duniawi
Kesimpulannya inti zuhud terletak pada tidak terpengaruh atau tidak tergantungnya hati seseorang kepada hal-hal yang berkaitan dengan kenikmatan dan atribut duniawi, setiap muslim hendaknya mampu menanamkan zuhud dalam hidupnya agar mampu menyikapi kenikmatan dunia searif mingkin dan mampu menjali hubungan yang harmonis dengan sesama manusia..

ALLAHU AKBAR

Selasa, 30 Maret 2010

tentang perempuan

Kedudukan Perempuan dalam Islam
Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa (QS 49: 13).
Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan.
Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam kontemporer berkebangsaan Mesir, menulis: "Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan perempuan menikmati keistimewaan dalam bidang materi dan sosial yang tidak dikenal oleh perempuan-perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini, asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan."190
Almarhum Mahmud Syaltut, mantan Syaikh (pemimpin tertinggi) lembaga-lembaga Al-Azhar di Mesir, menulis: "Tabiat kemanusiaan antara lelaki dan perempuan hampir dapat (dikatakan) sama. Allah telah menganugerahkan kepada perempuan sebagaimana menganugerahkan kepada lelaki. Kepada mereka berdua dianugerahkan Tuhan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan yang menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas yang bersifat umum maupun khusus. Karena itu, hukum-hukum Syari'at pun meletakkan keduanya dalam satu kerangka. Yang ini (lelaki) menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, menuntut dan menyaksikan, dan yang itu (perempuan) juga demikian, dapat menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum serta menuntut dan menyaksikan."191
Banyak faktor yang telah mengaburkan keistimewaan serta memerosotkan kedudukan tersebut. Salah satu di antaranya adalah kedangkalan pengetahuan keagamaan, sehingga tidak jarang agama (Islam) diatasnamakan untuk pandangan dan tujuan yang tidak dibenarkan itu.
Berikut ini akan dikemukakan pandangan sekilas yang bersumber dari pemahaman ajaran Islam menyangkut perempuan, dari segi (1) asal kejadiannya, dan (2) hak-haknya dalam berbagai bidang.
Asal Kejadian Perempuan
Berbedakah asal kejadian perempuan dari lelaki? Apakah perempuan diciptakan oleh tuhan kejahatan ataukah mereka merupakan salah satu najis (kotoran) akibat ulah setan? Benarkah yang digoda dan diperalat oleh setan hanya perempuan dan benarkah mereka yang menjadi penyebab terusirnya manusia dari surga?
Demikian sebagian pertanyaan yang dijawab dengan pembenaran oleh sementara pihak sehingga menimbulkan pandangan atau keyakinan yang tersebar pada masa pra-Islam dan yang sedikit atau banyak masih berbekas dalam pandangan beberapa masyarakat abad ke-20 ini.
Pandangan-pandangan tersebut secara tegas dibantah oleh Al-Quran, antara lain melalui ayat pertama surah Al-Nisa':
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak.
Demikian Al-Quran menolak pandangan-pandangan yang membedakan (lelaki dan perempuan) dengan menegaskan bahwa keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan bahwa dari keduanya secara bersama-sama Tuhan mengembangbiakkan keturunannya baik yang lelaki maupun yang perempuan.
Benar bahwa ada suatu hadis Nabi yang dinilai shahih (dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya) yang berbunyi:
Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah).
Benar ada hadis yang berbunyi demikian dan yang dipahami secara keliru bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang kemudian mengesankan kerendahan derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan lelaki. Namun, cukup banyak ulama yang telah menjelaskan makna sesungguhnya dari hadis tersebut.
Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, menulis: "Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam Kitab Perjanjian Lama (Kejadian II;21) dengan redaksi yang mengarah kepada pemahaman di atas, niscaya pendapat yang keliru itu tidak pernah akan terlintas dalam benak seorang Muslim."192
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan), dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, hal mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
Memahami hadis di atas seperti yang telah dikemukakan di atas, justru mengakui kepribadian perempuan yang telah menjadi kodrat (bawaan)-nya sejak lahir.
Dalam Surah Al-Isra' ayat 70 ditegaskan bahwa:
Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan (untuk memudahkan mencari kehidupan). Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan.
Tentu, kalimat anak-anak Adam mencakup lelaki dan perempuan, demikian pula penghormatan Tuhan yang diberikan-Nya itu, mencakup anak-anak Adam seluruhnya, baik perempuan maupun lelaki. Pemahaman ini dipertegas oleh ayat 195 surah Ali'Imran yang menyatakan: Sebagian kamu adalah bagian dari sebagian yang lain, dalam arti bahwa "sebagian kamu (hai umat manusia yakni lelaki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dan sperma lelaki dan sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya." Kedua jenis kelamin ini sama-sama manusia. Tak ada perbedaan antara mereka dari segi asal kejadian dan kemanusiaannya.
Dengan konsideran ini, Tuhan mempertegas bahwa:
Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik lelaki maupun perempuan (QS 3:195).
Pandangan masyarakat yang mengantar kepada perbedaan antara lelaki dan perempuan dikikis oleh Al-Quran. Karena itu, dikecamnya mereka yang bergembira dengan kelahiran seorang anak lelaki tetapi bersedih bila memperoleh anak perempuan:
Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitam-merah padamlah wajahnya dan dia sangat bersedih (marah). Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan "buruk"-nya berita yang disampaikan kepadanya itu. (Ia berpikir) apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah! Alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu (QS 16:58-59).
Ayat ini dan semacamnya diturunkan dalam rangka usaha Al-Quran untuk mengikis habis segala macam pandangan yang membedakan lelaki dengan perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan.
Dari ayat-ayat Al-Quran juga ditemukan bahwa godaan dan rayuan Iblis tidak hanya tertuju kepada perempuan (Hawa) tetapi juga kepada lelaki. Ayat-ayat yang membicarakan godaan, rayuan setan serta ketergelinciran Adam dan Hawa dibentuk dalam kata yang menunjukkan kebersamaan keduanya tanpa perbedaan, seperti:
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya ... (QS 7:20).
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan keduanya dikeluarkan dari keadaan yang mereka (nikmati) sebelumnya ... (QS 2:36).
Kalaupun ada yang berbentuk tunggal, maka itu justru menunjuk kepada kaum lelaki (Adam), yang bertindak sebagai pemimpin terhadap istrinya, seperti dalam firman Allah:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya (Adam) dan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah?" (QS 20:120).
Demikian terlihat bahwa Al-Quran mendudukkan perempuan pada tempat yang sewajarnya serta meluruskan segala pandangan yang salah dan keliru yang berkaitan dengan kedudukan dan asal kejadiannya.


Hak-hak Perempuan
Al-Quran berbicara tentang perempuan dalam berbagai ayatnya. Pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan. Ada ayat yang berbicara tentang hak dan kewajibannya, ada pula yang menguraikan keistimewaan-keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama atau kemanusiaan.
Secara umum surah Al-Nisa' ayat 32, menunjuk kepada hak-hak perempuan:
Bagi lelaki hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya dan bagi perempuan hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan menurut pandangan ajaran Islam.
Hak-hak Perempuan dalam Bidang Politik
Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam kaitan dengan hak-hak politik kaum perempuan adalah yang tertera dalam surah Al-Tawbah ayat 71:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah awliya' bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang ma'ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Secara umum, ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan kerja sama antarlelaki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan yang dilukiskan dengan kalimat menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah yang munkar.
Kata awliya', dalam pengertiannya, mencakup kerja sama, bantuan dan penguasaan, sedang pengertian yang dikandung oleh "menyuruh mengerjakan yang ma'ruf" mencakup segala segi kebaikan atau perbaikan kehidupan, termasuk memberi nasihat (kritik) kepada penguasa. Dengan demikian, setiap lelaki dan perempuan Muslimah hendaknya mampu mengikuti perkembangan masyarakat agar masing-masing mereka mampu melihat dan memberi saran (nasihat) dalam berbagai bidang kehidupan.193
Keikutsertaan perempuan bersama dengan lelaki dalam kandungan ayat di atas tidak dapat disangkal, sebagaimana tidak pula dapat dipisahkan kepentingan perempuan dari kandungan sabda Nabi Muhamad saw.:
Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan (urusan) kaum Muslim, maka ia tidak termasuk golongan mereka.
Kepentingan (urusan) kaum Muslim mencakup banyak sisi yang dapat menyempit atau meluas sesuai dengan latar belakang pendidikan seseorang, tingkat pendidikannya. Dengan demikian, kalimat ini mencakup segala bidang kehidupan termasuk bidang kehidupan politik.194
Di sisi lain, Al-Quran juga mengajak umatnya (lelaki dan perempuan) untuk bermusyawarah, melalui pujian Tuhan kepada mereka yang selalu melakukannya.
Urusan mereka (selalu) diputuskan dengan musyawarah (QS 42:38).
Ayat ini dijadikan pula dasar oleh banyak ulama untuk membuktikan adanya hak berpolitik bagi setiap lelaki dan perempuan.
Syura (musyawarah) telah merupakan salah satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama menurut Al-Quran, termasuk kehidupan politik, dalam arti setiap warga masyarakat dalam kehidupan bersamanya dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah.
Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa setiap lelaki maupun perempuan memiliki hak tersebut, karena tidak ditemukan satu ketentuan agama pun yang dapat dipahami sebagai melarang keterlibatan perempuan dalam bidang kehidupan bermasyarakat --termasuk dalam bidang politik. Bahkan sebaliknya, sejarah Islam menunjukkan betapa kaum perempuan terlibat dalam berbagai bidang kemasyarakatan, tanpa kecuali.
Al-Quran juga menguraikan permintaan para perempuan pada zaman Nabi untuk melakukan bay'at (janji setia kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mumtahanah ayat 12.
Sementara, pakar agama Islam menjadikan bay'at para perempuan itu sebagai bukti kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan atau pandangannya yang berkaitan dengan kehidupan serta hak mereka. Dengan begitu, mereka dibebaskan untuk mempunyai pilihan yang berbeda dengan pandangan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, bahkan terkadang berbeda dengan pandangan suami dan ayah mereka sendiri.195
Harus diakui bahwa ada sementara ulama yang menjadikan firman Allah dalam surah Al-Nisa' ayat 34, Lelaki-lelaki adalah pemimpin perempuan-perempuan... sebagai bukti tidak bolehnya perempuan terlibat dalam persoalan politik. Karena --kata mereka-- kepemimpinan berada di tangan lelaki, sehingga hak-hak berpolitik perempuan pun telah berada di tangan mereka. Pandangan ini bukan saja tidak sejalan dengan ayat-ayat yang dikutip di atas, tetapi juga tidak sejalan dengan makna sebenarnya yang diamanatkan oleh ayat yang disebutkan itu.
Ayat Al-Nisa' 34 itu berbicara tentang kepemimpinan lelaki (dalam hal ini suami) terhadap seluruh keluarganya dalam bidang kehidupan rumah tangga. Kepemimpinan ini pun tidak mencabut hak-hak istri dalam berbagai segi, termasuk dalam hak pemilikan harta pribadi dan hak pengelolaannya walaupun tanpa persetujuan suami.
Kenyataan sejarah menunjukkan sekian banyak di antara kaum wanita yang terlibat dalam soal-soal politik praktis. Ummu Hani misalnya, dibenarkan sikapnya oleh Nabi Muhammad saw. ketika memberi jaminan keamanan kepada sementara orang musyrik (jaminan keamanan merupakan salah satu aspek bidang politik). Bahkan istri Nabi Muhammad saw. sendiri, yakni Aisyah r.a., memimpin langsung peperangan melawan 'Ali ibn Abi Thalib yang ketika itu menduduki jabatan Kepala Negara. Isu terbesar dalam peperangan tersebut adalah soal suksesi setelah terbunuhnya Khalifah Ketiga, Utsman r.a.
Peperangan itu dikenal dalam sejarah Islam dengan nama Perang Unta (656 M). Keterlibatan Aisyah r.a. bersama sekian banyak sahabat Nabi dan kepemimpinannya dalam peperangan itu, menunjukkan bahwa beliau bersama para pengikutnya itu menganut paham kebolehan keterlibatan perempuan dalam politik praktis sekalipun.
Hak-hak Perempuan dalam Memilih Pekerjaan
Kalau kita kembali menelaah keterlibatan perempuan dalam pekerjaan pada masa awal Islam, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan mereka aktif dalam berbagai aktivitas. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan yaitu bahwa "perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut".
Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Nama-nama seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah, dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam peperangan. Ahli hadis, Imam Bukhari, membukukan bab-bab dalam kitab Shahih-nya, yang menginformasikan kegiatan-kegiatan kaum wanita, seperti Bab Keterlibatan Perempuan dalam Jihad, Bab Peperangan Perempuan di Lautan, Bab Keterlibatan Perempuan Merawat Korban, dan lain-lain.
Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay196 --istri Nabi Muhammad saw. Ada juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya.
Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah datang kepada Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli. Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa'ad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di mana ditemukan antara lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan harga jual-beli. Nabi memberi petunjuk kepada perempuan ini dengan sabdanya:
Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka tetapkanlah harga yang Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik kemudian Anda diberi atau tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam menawar atau menawarkan sesuatu).
Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat Nabi Abdullah ibn Mas'ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini.197 Al-Syifa', seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah.198
Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. dan sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Di samping yang disebutkan di atas, perlu juga digarisbawahi bahwa Rasul saw. banyak memberi perhatian serta pengarahan kepada perempuan agar menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat. Dalam hal ini, antara lain, beliau bersabda:
Sebaik-baik "permainan" seorang perempuan Muslimah di dalam rumahnya adalah memintal/menenun. (Hadis diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari Abdullah bin Rabi' Al-Anshari).
Aisyah r.a. diriwayatkan pernah berkata: "Alat pemintal di tangan perempuan lebih baik daripada tombak di tangan lelaki."
Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini telah ada pada masa Nabi saw. Namun, sebagaimana telah diuraikan di atas, ulama pada akhirnya menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara.
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan jabatan tertinggi. Hanya ada jabatan yang oleh sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan Kepala Negara (Al-Imamah Al-'Uzhma) dan Hakim. Namun, perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukung larangan tersebut, khususnya menyangkut persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim.
Dalam beberapa kitab hukum Islam, seperti Al-Mughni, ditegaskan bahwa "setiap orang yang memiliki hak untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu dapat diwakilkannya kepada orang lain, atau menerima perwakilan dari orang lain". Atas dasar kaidah itu, Dr. Jamaluddin Muhammad Mahmud berpendapat bahwa berdasarkan kitab fiqih, bukan sekadar pertimbangan perkembangan masyarakat kita jika kita menyatakan bahwa perempuan dapat bertindak sebagai pembela dan penuntut dalam berbagai bidang.199

Hak dan Kewajiban Belajar
Terlalu banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi saw. yang berbicara tentang kewajiban belajar, baik kewajiban tersebut ditujukan kepada lelaki maupun perempuan. Wahyu pertama dari Al-Quran adalah perintah membaca atau belajar,
Bacalah demi Tuhanmu yang telah menciptakan... Keistimewaan manusia yang menjadikan para malaikat diperintahkan sujud kepadanya adalah karena makhluk ini memiliki pengetahuan (QS 2:31-34).
Baik lelaki maupun perempuan diperintahkan untuk menimba ilmu sebanyak mungkin, mereka semua dituntut untuk belajar:
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim (dan Muslimah).
Para perempuan di zaman Nabi saw. menyadari benar kewajiban ini, sehingga mereka memohon kepada Nabi agar beliau bersedia menyisihkan waktu tertentu dan khusus untuk mereka dalam rangka menuntut ilmu pengetahuan. Permohonan ini tentu saja dikabulkan oleh Nabi saw.
Al-Quran memberikan pujian kepada ulu al-albab, yang berzikir dan memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. Zikir dan pemikiran menyangkut hal tersebut akan mengantar manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia alam raya ini, dan hal tersebut tidak lain dari pengetahuan. Mereka yang dinamai ulu al-albab tidak terbatas pada kaum lelaki saja, tetapi juga kaum perempuan. Hal ini terbukti dari ayat yang berbicara tentang ulu al-albab yang dikemukakan di atas. Setelah Al-Quran menguraikan tentang sifat-sifat mereka, ditegaskannya bahwa:
Maka Tuhan mereka mengabulkan permohonan mereka dengan berfirman: "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun perempuan..." (QS 3:195).
Ini berarti bahwa kaum perempuan dapat berpikir, mempelajari dan kemudian mengamalkan apa yang mereka hayati dari zikir kepada Allah serta apa yang mereka ketahui dari alam raya ini. Pengetahuan menyangkut alam raya tentunya berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu, sehingga dari ayat ini dapat dipahami bahwa perempuan bebas untuk mempelajari apa saja, sesuai dengan keinginan dan kecenderungan mereka masing-masing.
Banyak wanita yang sangat menonjol pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan yang menjadi rujukan sekian banyak tokoh lelaki. Istri Nabi, Aisyah r.a., adalah seorang yang sangat dalam pengetahuannya serta dikenal pula sebagai kritikus. Sampai-sampai dikenal secara sangat luas ungkapan yang dinisbahkan oleh sementara ulama sebagai pernyataan Nabi Muhammad saw.:
Ambillah setengah pengetahuan agama kalian dari Al-Humaira' (Aisyah).
Demikian juga Sayyidah Sakinah putri Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Kemudian Al-Syaikhah Syuhrah yang digelari Fakhr Al-Nisa' (Kebanggaan Perempuan) adalah salah seorang guru Imam Syafi'i200 (tokoh mazhab yang pandangan-pandangannya menjadi anutan banyak umat Islam di seluruh dunia), dan masih banyak lagi lainnya.
Imam Abu Hayyan mencatat tiga nama perempuan yang menjadi guru-guru tokoh mazhab tersebut, yaitu Mu'nisat Al-Ayyubiyah (putri Al-Malik Al-Adil saudara Salahuddin Al-Ayyubi), Syamiyat Al-Taimiyah, dan Zainab putri sejarahwan Abdul-Latif Al-Baghdadi.201 Kemudian contoh wanita-wanita yang mempunyai kedudukan ilmiah yang sangat terhormat adalah Al-Khansa', Rabi'ah Al-Adawiyah, dan lain-lain.
Rasul saw. tidak membatasi anjuran atau kewajiban belajar hanya terhadap perempuan-perempuan merdeka (yang memiliki status sosial yang tinggi), tetapi juga para budak belian dan mereka yang berstatus sosial rendah. Karena itu, sejarah mencatat sekian banyak perempuan yang tadinya budak belian mencapai tingkat pendidikan yang sangat tinggi.
Al-Muqarri, dalam bukunya Nafhu Al-Thib, sebagaimana dikutip oleh Dr. Abdul Wahid Wafi, memberitakan bahwa Ibnu Al-Mutharraf, seorang pakar bahasa pada masanya, pernah mengajarkan seorang perempuan liku-liku bahasa Arab. Sehingga sang wanita pada akhirnya memiliki kemampuan yang melebihi gurunya sendiri, khususnya dalam bidang puisi, sampai ia dikenal dengan nama Al-Arudhiyat karena keahliannya dalam bidang ini.202
Harus diakui bahwa pembidangan ilmu pada masa awal Islam belum lagi sebanyak dan seluas masa kita dewasa ini. Namun, Islam tidak membedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya, sehingga seandainya mereka yang disebut namanya di atas hidup pada masa kita ini, maka tidak mustahil mereka akan tekun pula mempelajari disiplin-disiplin ilmu yang berkembang dewasa ini.
Dalam hal ini, Syaikh Muhammad 'Abduh menulis: "Kalaulah kewajiban perempuan mempelajari hukum-hukum agama kelihatannya amat terbatas, maka sesungguhnya kewajiban mereka untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, pendidikan anak, dan sebagainya yang merupakan persoalan-persoalan duniawi (dan yang berbeda sesuai dengan perbedaan waktu, tempat dan kondisi) jauh lebih banyak daripada soal-soal keagamaan."203
Demikian sekilas menyangkut hak dan kewajiban perempuan dalam bidang pendidikan.
Tentunya masih banyak lagi yang dapat dikemukakan menyangkut hak-hak kaum perempuan dalam berbagai bidang. Namun, kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah bahwa mereka, sebagaimana sabda Rasul saw., adalah Syaqa'iq Al-Rijal (saudara-saudara sekandung kaum lelaki) sehingga kedudukannya serta hak-haknya hampir dapat dikatakan sama. Kalaupun ada yang membedakan, maka itu hanyalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan Tuhan kepada masing-masing jenis kelamin itu, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain:
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS 4:32).
Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya.

Kamis, 25 Maret 2010

Renungan hati

JIWA YANG RESAH

“ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN HATI MEREKA

MENJADI TENTRAM DANGAN MENGINGAT

ALLAN,INGATLAH DENGAN HANYA MENGINGAT ALLAHLAH

HATI TERASA TENTRAM,”

(QS,Ar-Ra’d 13: 28)

Ujian dan cobaan seberat apapun bukanlah wujud dari kebencian allah,justru meberi peluang bagi seseorang hamba untuk semakin intropeksi diri. Barang kali selama disingahsana kasuksesan

Kita bisa lupa daratan.

Boleh jadi keberhasilan kita telah melukai hati manusia lain, sehingah allah pun takrelah melihat hambah yang dicintainya itu hanyut oleh kepanaan dunia. Dan tibalah coban menghadang sebagai batu peringatan.

Bagi hambah yang tanguh, kualitas iman merupakan modal utama dalam menempuh onak duri kehidupan.karena imanlah kita tidak merasah resah kehilangan segalahnya. Kehadiran iman sudah cukup bagi kita sebagai pelipur lara.Bukankah badai pasti berlalu sebagai mana kegelapan malam akan sirna oleh mentari pagi, selama hambah tersebut gigih berusaha dan berdo’a,!

Ujian hidup hanya menempa kematangan dalam menata dunia

Yang sesunguh_nya, barang kali dalam kacamata sebelumnya kita hanya melihat dunia dari satu dimensi,setelah dirundung masalah terbukahlah mata batin kita bahwa banyak sudut yang belum diamati dan dipelajari.

Terkadang jiwa yang resa membawa kita pada jalan yang tak bertepi dan di selimui kabut kegelapan. Pelita hatinya menjadi padam

Oleh kebimbangan yang tak berujungdan tak bertepi.mak jangan diharap jiwa yang resah akan menunjuki pada jalan yang terang.

Jiwa yang resah hanya bisa diobati oleh ayat-ayat suci Al-Qur-an dan jiwa yang mutmaina mempunyai mentalitas prima dalam menempuh jalan berduri. Baginya tak ada kusut yang tak terurai.dan tak ada delimah yang tak bisa terpecahkan.

Karena sebenarnyapangkal dari kusut itu bermulah dari semberautnya hati membaca persoalan.

Contoh :”dalam kesederanaan rumah tangahnya nabi muhamad masih sempat mengeluarkan ucapan”baiti jannati” padahal setiap bangun tidur di pungungnya berbekas filur-filur pelepah korma.ketika makanan tiada

Beliau sekeluarga sangat bahagia karna bisa berpuasa

Baju yang robek dijahit sendiri saat ditawari kemega-

han dunia rosul menolaknya dan selalu merasa cukup

dengan pemberian allah.

Sedangkan raja-rajadi sekitarnya berpoya-

Poya hidup bergelimangan kemewahan yang menyila-

ukan sayang mulut mereka tertawa namun hatinya

menangis bibir mereka tersenyum dan hati di jiwanya

menjerit.ternyata di gubuk ada tawa dan canda,

diistana juga ada air mata.

Cuma memiliki ketenangan jiwa takbisa di peroleh begitu saja, ia jelas membutuhkan proses. Proses yang membimbing menusia pada suatu kekuatan yang serbah maha kedekatan tersebut akan meningkatkan mutu kepercayaan diri,juga membuka peluang bagi datangnya bantuan ilahi.

Disinilah terletak nilai plus dari ajaran islam. Jauh sebelum menempuh dunia nyata, semenjak usia dini penganutnya disirami dengan nilai-nilai ketuhanan.proses ini berlangsung terusmenerus hinga akhir hayat.kesadaran tentang kehadiran tuhan menimbulkan keyakinan pada setip diri bahwa hidup bukan lah rutinitas semu belaka.namun ia mengandung nilai ibadah disetiap detak jantung dan denyut nadi manusia

.

Oleh sebab itu berhasil atau pun gagal, berjaya maupun tenglam,sudah menjadi hal yang lumrah untuk di hadapi.kit mampuh mengendalikan stabilitas jiwa ketika mendapat keberhasilan dengan bersyukur. Berbuat baik dan siap dengan segalah kemungkinan terburuk, kita menjadi terhormat dipilih tuhan untuk menempuh ujian hidup.serumit apapun cobaan ia bisa memposisikan diri kita secara arif bijaksana, bahkan sangup menikmati penderitaan, jiwa kita tenang tampa beban mental sebab pada hakikatnya kekecewaan akan terasa berat ketika didahului oleh harapan yang berlebihan.

Mustahil allah melimpahkan semuah kesuksesan pada satu pribadi saja. Dan melupakan hak hambahnya yang lain, atas nama keadilan tuhanlah kesuksesan dan kegagalan menjadi sunahtullah, yang tak terpisahkan dari takdir setiap insane.

Diantara cara mengasah ketenangan jiwa adalah meningkatkan kekuatan iman dengan beribadah. Bukan ibadah dalan arti kegiatan rutin yang berlangsung tampa penghayatan.namun ibadah yang bisa fositipnya di refleksikan melalui sikap hidup dan amalan nyata.karena ibadah yang paripurna, sehingah seseorang hambah bisa tersenyum ikhlas saat duka datang menyapa.kita bisa bahagia ketika beban hidup tidak mengurangi prasangkah baik kita akan kelapangan reziki dari allah,dan tetap ceria walaupun prasangkah baik serta usaha maksimal kita itu belum membuahkan hasil yang memuaskan.

INDRALAYA ………… 2009

Maulana malik ibrahim