Senin, 19 April 2010

pemikiran soekarno

Soekarno dan Gelora Anti Imperialisme/Neo-Kolonialisme Rakyat Indonesia.
Oleh: Rudi Hartono



Kalau kata-kata tidak bisa lagi menyehatkan pikiran yang keblinger, mungkin senjata bisa melakukannya-(soekarno)

Mungkin itu adalah ungkapan kemarahan Bung Karno terhadap kelompok reaksioner yang selalu menghambat proses penuntasan revolusi Indonesia, yang menurutnya Revolusi kita belum selesai. Siapa yang tidak mengenal keberanian dan radikalisme salah satu pemimpin dunia yang paling disegani pada saat itu, berkali-kali pidatonya baik di panggung politik nasional maupun internasional (seperti Sidang Umum PBB) selalu dengan garang mengecam Imperialisme dan Neokolonialisme. Karena keteguhan dan keberaniannya itulah, pemimpin-pemimpin dari Asia-Afrika sangat kagum dengan Soekarno bahkan beberapa tahun setelah kejatuhannya mahasiswa-mahasiswa dari Afrika masih membawa buku-buku dan Biografi Soekarno dalam Pertemuan mahasiswa anti imperialis Internasional (Catatan Perjalanan sebulan GiE di AS). Namun, dibalik kharismanya yang gilang gemilang tersebut, beberapa tokoh intelektual kanan Belanda justru berpendapat negatif terhadap Soekarno sebagai seorang “Quisling” yang menjual bangsanya kepada Jepang. Tetapi tuduhan ini kehilangan pengaruh, ketika sampai sekarang orang semakin mengeluh-eluhkan sosok Soekarno, Pemimpin yang teguh melawan penjajahan asing.

Pemikiran Soekarno dan Revolusi Nasional

Pemikiran Radikal-progressif Soekarno sudah terbentuk sejak usianya masih sangat muda, salah satu tulisannya yang bisa menjadi acuan adalah “Nasionalisme, Islam dan Marxisme”. Dalam Tulisan yang dimuat secara berseri di Jurnal Indonesia Muda tahun 1926 itu, Soekarno dengan terang-terangan mengatakan bahwa maksud kedatangan kolonialis datang ke Indonesia adalah untuk memenuhi hasratnya mengakumulasi modal dan keuntungan (ekonomis). Dengan kepentingan Akumulasi Modal itulah, Soekarno membedah hubungan Imperialisme dan Kapitalisme Itu sendiri, kapitalisme mendorong terjadinya apa yang ia sebut sebagai exploitation de l’homme par l’homme atau eksploitasi manusia oleh manusia lain. Keberpihakan pada teori perjuangan klas sangat kental dalam pemikiran Soekarno, Dalam sejumlah pidatonya ia menjelaskan tentang keberadaan tiga unsur sosial mendasar yang ada di kalangan massa yang dimiskinkan tersebut. Yakni proletariat, petani dan orang-orang yang dimiskinkan lainnya (pedagang asongan, dan mereka yang sedang mencari penghidupan). Pada tahun 1920-an, ia juga merumuskan konsep Marhaen (secara harfiah adalah nama seorang petani miskin yang pernah ia ajak bicara). Awal mulanya, Marhaen mengacu pada lapisan penduduk yang memiliki beberapa perkakas produksi sendiri (misalnya, seekor kerbau) dan bekerja untuk diri mereka sendiri tetapi masih tetap miskin, sebagaimana juga yang dialami buruh pabrik atau buruh perkebunan. Soekarno mengidentifisir realitas keberadaan negeri yang dipenuhi lautan semi-proletariat dan borjuis kecil yang miskin (Max Lane, Bangsa Yang belum Selesai; Aksi, Kejatuhan Soeharto dan Sejarah Indonesia, 2007).

Pemikiran politik Soekarno kemudian di Praksiskan dengan mendirikan Partai progressif Partai Nasionalis Indonesia (PNI) tanggal 4 Juli 1927, Tujuannya jelas untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1928 ia menulis artikel berjudul Jerit Kegemparan di mana ia menunjukkan bahwa sekarang ini pemerintah kolonial mulai waswas dengan semakin kuatnya pergerakan nasional yang mengancam kekuasaannya. Ketika pada tanggal 29 Desember 1929 Soekarno ditangkap dan pada tanggal 29 Agustus 1930 disidangkan oleh pemerintah kolonial, Soekarno justru memanfaatkan kesempatan di persidangan itu. Dalam pledoinya yang terkenal berjudul Indonesia Menggugat dengan tegas ia menyatakan perlawanannya terhadap kolonialisme. Dan tak lama setelah dibebaskan dari penjara pada tanggal 31 Desember 1931 ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yakni partai berhaluan Radikal non-koperatif dengan kolonialis belanda yang dibentuk pada tahun 1931 untuk menggantikan PNI yang telah dibubarkan oleh pemerintah kolonial.

Meskipun mengakui dekat dan mengagumi Marxisme, Namun Soekarno mencoba membuat pemilahan dengan teori-teori umum Marxisme. Selain istilah Marhaen yang memiliki perbedaan dengan proletariat menurut Marx, ia lebih condong memodifikasi Marxisme untuk kebutuhan perjuangan pembebasan nasional melawan kolonialisme dengan menyerukan persatuan nasional dari unsur-unsur tertindas dari massa rakyat. Sebagaimana dikatakan oleh Ruth McVey, bagi Soekarno rakyat merupakan “padanan mesianik dari proletariat dalam pemikiran Marx,” dalam arti bahwa mereka ini merupakan “kelompok yang sekarang ini lemah dan terampas hak-haknya, tetapi yang nantinya, ketika digerakkan dalam gelora revolusi, akan mampu mengubah dunia.”

Soekarno dan ”Revolusi Indonesia Belum Selesai”

“Kaki kami telah berada di jalan menuju demokrasi,” lanjut Presiden Soekarno dalam pidatonya di depan Kongres AS itu. “Tetapi kami tidak ingin menipu diri sendiri dengan mengatakan bahwa kami telah menempuh seluruh jalan menuju demokrasi,” sambungnya. Ia sangat sadar bahwa meskipun indonesia selama bertahun-tahun sudah merdeka, tetapi kepentingan dan Neo-Kolonialisme dan imperialisme masih terus bercokol di Indonesia. Bagi Soekarno ancaman bagi revolus Indonesia sebenarnya tidak hanya datang dari luar tetapi muncul dari dalam negeri sendiri, dalam Pidatonya di HUT PKI, Ia mengatakan bahwa ”Salah satu tingkat dari Revolusi Indonesia adalah mengganyang musuh-musuh Revolusi”. Soekarno sangat menyadari kekuatan-kekuatan kontra yang mencoba menjatuhkan dan menghambat revolusinya. Upayanya memperkuat perjuangan anti-Imperialisme- anti-Kolonialisme dengan ide ”Nasionalisme-Agama-dan Komunisme” justru menjadi alat bersembunyi bagi kekuatan kanan dengan berpura-pura mendukung Nasakom dan masuk dalam front Nasional.

Kudeta Militer, 1965 adalah kontra-revolusi untuk memutus dan menghentikan proses revolusi yang di gagas Soekarno. Segera setelah Orde Baru berkuasa upaya membunuh karakter dan pribadi Soekarno berlangsung secara sistematis. Mulai tuduhan ber istri banyak dan punya daya tarik seksual mirip dengan raja-raja Jawa, hingga tuduhan bangsa Soekano adalah dalang G.30.S/PKI (Antonie Dake, dalam bukunya dengan judul; Sukarno File). Namun upaya sistematis ini tidak mampu membunuh kharismatiknya, karena (1) tiap tanggal 17 Agustus Rakyat Indonesia memperingati proklamasi kemerdekaan dimana Soekarno adalah tokoh kuncinya. (2). Propoganda Hitam terhadap bung Karno lebih banyak pada kehidupan pribadi, tetapi jarang pada tantangan gagasan-gagasannya. Bahkan rakyat masih menganggap belum ada presiden Indonesia sesudahnya yang menyamai kemampuan dan gagasan Soekarno. Soekarno adalah orang yang bersih soal kredibilitas politik, tidak ada satupun kasus korupsi yang dilakukannya bahkan ia meninggal dalam kondisi sangat miskin. (3). Sepak terjangnya, Pandangan Politiknya, hingga Pidato-pidatonya masih terus menggema di bangsa Asia –Afrika termasuk di Indonesia sendiri. Sehingga semakin banyak rindu dengan figurnya, terbukti dengan kemenangan Megawati di pemilu 1999 (salah satu faktornya—orang rindu Figur Soekarno).

“Go To Hell With Your Aid” mungkin harus menjadi pidato Soekarno yang diulang-ulang di telinga pemimpin dan elit politik saat ini, setidaknya untuk mengasah nyalinya agar sedikit lebih berani. Kehancuran Industri Nasional, dan dominasi kuat modal asing di semua sector kehidupan ekonomi betul-betul telah menempatkan bangsa Indonesia tidak ubahnya “Bangsa kuli”. Mentalitas korup dan keinginan memperkaya diri sendiri ditengah kemelaratan dan kemiskinan missal yang melanda lebih dari separuh penduduk negeri ini, sudah menjadi budaya pejabat di negeri ini. Sangat kontras dengan kehidupan pribadi Soekarno, yang sangat merakyat sehingga di juluki “Penyambung Lidah Rakyat”. Saatnya Soekarno baru hidup kembali!***

Sabtu, 03 April 2010

menghilangkan stres

. KONSEP ISLAM MENGHINDARI STRES

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka jadi tentram dengan mengingat allah SWT.Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tentram (QS Ar’ad: 28)

Hidup yang tentram,damai dan sejahtera serta mandapat berkah dari Allah SWT adalah dambaan setiap muslim. Hanya saja untuk meraih hidup yang tenang dan penuh berkah itu tidak semudah membalikan telapak tangan.Beragam problem hidup membuat orang menjadi resa dan gelisah,resa dan gelisah menjadikan hati seseorang tidak tenang, yang kadang-kadang menjelmah menjadi putus asa dan stress, depresi, atau mengalami goncangan jiwa.

Menurut ajaran islam, untuk mewujutkan ketenangan dan ketentraman jiwa, ada beberapa hal yang harus di perhatikan.

1.) Mulailah keseharian kita dengan mengingat dan menyebut nama Allah SWT. Begitu bangun tidur kita ucapkan alhamdulillah. Berkat nikmat dan rahmatnya kita dibangunkanya dari tidur. Diberikannya kesempatan untuk sholat malam(tahajud), dan sholat subuh.Ketika mau berngkat kerja niatkanlah karna Allah, sehingga apapun tugas kita akan bernilai ibadah disisinya.

2.) Kapanpun dan dimanapun kita bertugas selalu ingat dengan kewajiban sebagai seorang muslimyakni sholat lima waktu. Tidak ada alasan apapun bagi seorang muslim utuk tidak menunaikan sholat karna sholat adalah tiang agma.tidak bisa berdiri, boleh sholat denga duduk.tak mampu duduk boleh dengan berbaring. Jika tak kuwasa lagi mengerakan tubuh kita,maka boleh dengan isyarat.

3.) Selalu bersikap optimis dan tidak mudah putus asa karena islam melarang umatnya berputus asa. Setiap muslimharus meyakini benar bahwa mahluk yang ada dimuka bumi ini ditangung oleh Allah SWT rezekinya.

Agar bisa melaksanakan konsep-konsep islam tersebut kita harus mampu meyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dengan kebutuhan rohani.dalam memenuhi kebutuha jasmani Allah SWT mengingatkan kita, jangan melupakan kebahagian didunia kita boleh bekerja keras agar mampu memenui kebutuhan hidup keluarga kita. Bahkan kalau bisa ada kelebihan sehingah kita mampu pula berzakat atau bersedekah kepadah kepada saudara-saudara kita yang tidak mampu.

Namun kita jagan pula melupakan aherat. Kebutuhan rohani harus pula dicukupi dengan selalu taat menjalankan perinta Allah SWT. Orang-orang yang mengalami goncanga jiwa depresi atau strs karna rohani nya kosong,rohanimya tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa mental sefiritual

Mengisi rohani dengan kegiatan spiritual tidak hanya beribadah kepada Allah SWT.tetapi juga lewat kegiatan amal saleh lainnya.jika kita diberi Allah SWT kelebihan rezeki maka kita sisikan sebagian untuk berinpak fisabilillah. Seperti membantu parkir miskin, membantu membangun runah peribadatan madrasah, dan lain sebagai nya. Dengan menerapkan pola hidup seimbang itu,insaallah hidup kita akan diberkahi oleh_nya. Yakni hidup tentram (sakinah), hati yang tenang dan penuh optimis serta terhindar dari depresi,stres dan keputusan asa

Mengapai hidup yang hakiki

MENGGAPAI HIDUP YANG HAKIKI

“Dunia itu bagaikan seorang pengembara yang berteduh sebentar dibawah sebatang pohon kemudian beristirahat lalu pergi meninggalkannya”


Parumpamaan sebagai tampat teduh yang sementara menyiratkan gambaran bahwa dunia bukanlah kehidupan yang kekal atau hakiki. Ada kehidupan yang lebih abadi ketimbang sekadar tempat berteduh atau beristirahat semata, yaitu kehidupan aherat. Oleh karenanya, agar tidak terpedaya dan terpesona oleh hingar bingarnya kehidupan dunia yang sementara maka manusia mesti berpikir jauh kedepan untuk menggapai kehidupan yan lebih abadih. Menikmati kebahagian tidak ada larangan, namun jangan sampai mereka meninabobokan manusia hinga terpedaya dan lupa pada sebuah kehidupan yang hakiki, yang nantinya akan dialami setelah kematian.

Dalam islam, sala satu srategi yang bisa meyadarkan umatnya agar tidak berlebihan dalam memandang dunia adalah sikap zuhud(sederhana). Zuhud yang di maksutkan bukan lah sebuah refleksi sikap yang anti dunia atau bahkan menjauh dari dunia itu sendiri sehingga orang mau mencapai derat zuhud, terkesan sebagai orang yang hidup miskin. Menolak memiliki harta serta tidak menyukai kenikmatan duniawi sebagai mana pemahaman sebagian orang yang salah kaprah.

Memang secara etimolagi, zuhud adalah menjauhkan diri dari sesuatu karna menganggap hina dan tidak bernilai. Namun bukan berarti lantas sama sekali meninggalkan urusan duniawi, menerima kondisi diri nya apa adanya, membiarkan dirinya hidup dalam kemelaratan tampa berusaha untuk memperoleh rezeki yang halal. Dengan alasan ingin lebih dekat kepada Allah.

Rasanya pemahaman seperti ini terlalu sempit. Zuhud bukan sikap malas, bukan pula identik dengan kemiskinan, keterblakangan dan yang berujung pada suatu keyakianan bahwa dunia adalah musuh manusia, menghalangi manusia dari tuhannya hingga harus di tingalkan demi mencapai kepuasan batin serta bisa mendekatkan diri pada_nya, melaikan zuhud bagi para sufi-adalah meningalkan sesuatu yang lebih dari kebutuhanhidup walaupun sudah jelas kehalalannya. Dengan kata lain, zuhud adalah sikap orang yang mendapatkan kenikmatan dunia tetapi tidak memalingkan dirinya dari obadah kepada allah. Ia tidak diperbudak dunia dengan segalah kenikmatannya, dan mampu menahan diri untuk tetap berada dijalan yang di rirdhai allah




Rasulullah saw dalam hadisnya,

”Berlaku zuhudlah kamu terhadap kenikmatan dunia niscaya kamu akan di cintai allah, dan berlaku zuhudlah kamu di tengah manusia niscaya kamu akan dicinta oleh mereka”
Hal ini diperkuat oleh pendapat Imam Ghazali di dalam ihya ulumuddin bahwa hakekat zuhud bukanlah meningalkan harta benda dan mengorbankannya pada jalur sosial untuk menarik perhatian manusia. Namun orang yang zuhud adalah orang yang mempunyai harta benda akan tetapi dia menyikapinya dengan lapang dadah walaupun mampuh untuk menikmati hartanyaitu tampa suatu kekurangan apapun, melainkan lebih memeli bersikap waspada, hatinya tidak terlalu terikat denga harta, karena hawatir sikap keterikatannya itu akan membawahnya cinta kepada selain allah swt.

Bersikap wajar pada dunia

Memang tak bisa disangkal bahwa dunia dengan segala kenikmatannya yang ada di dalamnya cukup mengoda. Kenikmatan dan kesenangan ini sering kali menjebak banyak orang hingah melahirkan pola pikir materialistis dan hedohis, yakni mengagungkan kenikmatan dunia adalah segalanya. Alam yang mempesona, kekayaan yang melimpah, serta kesenangan dan kenikmatan yang ada mesti direguk dan dihabiskan.

Tak salah jika al-ghazali mensinyalir bahwa mereka telah terbelenguh oleh berbagai kecendrungan materialisme serta nihilisme modern, dimana tujuan terakhir bagi kehidupan manusia adalah hedon(kesenangan). Pandangan manisia tentang hedonisme inilah yang pada gilirannya melahirkan manusia-manusia yang jauh dari nilai dan moral agama.

Persepsi terhadap keduniawian seperti ini, perlu di luruskan. Menurut Abu Ridha dalam bukunya berhenti sejenak recik-recik spiritualisme islam, jika orang tidak dapat menilai secara benar, meka dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan diri., sehingah menguatkan hasrat-hasrat duniawi dan dan menenggelamkan aspek-aspek ruhani.

Nah ketika asrat duniawi tersebut mendominasi kesadaran dan menenggelamkan aspek spiritualitas, maka seseorang akan terdorong menjadi serakah, tidak mau bertrimah kasih, sombong, tidak sabar, dan sangat mencintai nafsu duniawi yang materialisme dan individualisme.

Fi’aun dab Karun, misalnya, keduanya tidak menyadari kalau kekayaan dan kekuasaan yang diperolehnya berkat anuhgra allah, tetapi justru dengan sombongnya menyatakan bahwa semua yang dimiliki berasal dari usaha kerasnya sendiri.

Bahkan demi kecintaannya terhadap kekayaannya mereka mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan dan nasib karun akhirnya terkubur oleh hartanya sendiri.
Lantas bagai mana mesti menyikapi agar tidak terjebak kedalam kecintaan yang berlebihan pada dunia..banyak ayat alQuran dan hadis nabi yang mengigatkan bahayanya dunia dalam kehidupan manusia jika tidak disikapi dengan sebuah pandanganbahwa dunia seisinya ini adalah sekadar sarana belaka untuk mencari bekal kehidupan abadi kelak di akherat.
”addunya mazra’atul akhirah” (dunia adalah ladangnya akherat)demikian pepata arab tertutur.
Kehati-hatian terhadap dunia tidak berarti mengabaikan sama sekali urusan(tanggung jawab) dunia. Bahkan konsep zuhud dengan pengertian harus terputus dari segalah hal keduniawian semata, jelas bertentangan dengan konsep al-Qur’an itu sendiri walaupun ada beberapa ayat lain yang menjelaskan bahaya dunia takkala tidak disikapi dengan perasaan sekedar sebagai ajang mediator untuk mencari bekal pada kehidupan abadi di akherat nanti.
Sebab Rosul bersadah....
”zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkan apa-apa yang halal dan menghilangkan harta, tetapi zuhud adalah menjadikan apa-apa yang ada disisi allah lebih kamu pegang daripada apa-apa yang ada di tangannya dan menjadikan pahala musibah yang menimpah mu lebih kamu sukai didalamnya jika musibah itu tetap bagimi”(HR.Tarmizi)

Dalam konstek ini, agama justru memotipasi umatnya untuk mencari rezeki yang hal sebanyak-banyaknya. Dengan harta yang banyak menjadi media penting untuk beramal,mengukuhkan solidaritas sosial, bersedekah dan sebagainya, yang muaranya bisa saling mendekatkan kepada allah.

Karena itu al-ghazali mengingatkan bahwa kesempurnaan batiniah seseorang muslim tidak mungkin dapat dicapai tampa melalui kesempurnaan lahiriah. Lanjutnya konsep esoterik (batinia)dan aspek aksoterik(lahiriah) mesti berjalan secarah beriringan. Secara gamblang allah swt juga berfirman,
”dan carilah pada apa yang telah di anugrahkanAllah kepadamu(kebahagiaan) negri akherat,dan jangan lah kamu melupakan bagiaanmu dari (kenikmatan)duniawi dan berbuat baiklah(kepada orang lain) sebagai mana allah telah berbuat baik kepadamu ,dan jangan lah kamu berbuat kerusakandi(muka) bumi, sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang berbuat kerusakan”(QS al-Qashash,29:77)

Ayat diatas mengisyaratkan pentingnya mencari kebahagiaan duniawi pula, asalkan tidak berlebihan menilainya. Artinya, bersikap wajar dan selalu sadar bahwa kenikmatan itu tidak datang begitu saja tampa intervensi allah, yang kemudian memanfaatkannya untuk kepentingan akherat.
Sebaiknya jangan sampai kecintaan terhadap dunia mengalahkan seegalahnya sampai membutakan kecintaan terhadap allah sang pemberi kenikmatan itu.



Membentengi kepribadiaan yang tak terkendali

Kesederhanan(zuhud) merupakan benteng utama yang dapat membendung arus kepribadian yang tidak terkendali dan individualisme yang berlebihan, kepribadiaan seperti itu tidak hanya dapat menggangu keseimbangan dirinya, tetapi jga masyarakat dan lingkungan.
At-Thusi makalah yang berjudul Akhlaq hashiri, menilai bahwa kesederhanaan merupakan satu titik pertengahan antara dua kondisi psikis yang exstrim yaitu ketamakan dan kekikiran.

Sikap zuhud dapat membendung serbuan gelombang hasrat-hasrat duniawi itu akan epektip bagi kehidupan apabilah ia telah menjadi sikap masyarakat, bukan sikap perorangan semata, sebab jika di tempatkan dalam konstek masyarakat akan menimbulkan rasa ikhlas, pengorbanan, serta solidaritas sosialyang tinggi pada diri setiap orang.
Sebagai mana disebutkan dalam al-Qashash 80 Allah swt, menisbatkan zuhud itu pada ulama’ yaitu suatu penghormatan bagi sipat ini” dan berkatalah orang-orang yang di anugrahkan ilmu:”kecelakaan yang bersalah bagimu, pahal Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.”

Sikap zuhud inilah yang juga diperlihatkan Nabi Sulaieman dan ustman bin affan betapapun banyaknya kekayaan yang dimiliki, idak menyebabkan mereka ngandrung kepadanya hinggah melalaikan diri dalam mengabdikan kepada tuhannya sebaik-baiknya mereka tetap menggabdika kepada tuhannya sama sekali tidak berpengaruh oleh kekayaan yang melimpah. Yang dimilikinya tidak menyebabkan lupa pada tujuaan kebradaan dan misi utamanya. Mereka tidak tengelam dan terbius oleh fatamorgana dunia dan tidak terpesonah oleh berbagai atribut duniawi
Kesimpulannya inti zuhud terletak pada tidak terpengaruh atau tidak tergantungnya hati seseorang kepada hal-hal yang berkaitan dengan kenikmatan dan atribut duniawi, setiap muslim hendaknya mampu menanamkan zuhud dalam hidupnya agar mampu menyikapi kenikmatan dunia searif mingkin dan mampu menjali hubungan yang harmonis dengan sesama manusia..

ALLAHU AKBAR